Copyright © Egoy's Blog
Design by Dzignine
Minggu, 19 Oktober 2014

Tugas Bahasa Indonesia 2


Pembentukan Kata


Pembentukan kata lebih lanjut
          Pembentukan kata lebih lanjut adalah pembentukan kata turunan yang melalui proses morfologi bahasa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasarnya. Proses pembentukan itu ada tiga macam yaitu pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. Karena unsur serapan, pembicaraan hanya menyangkut pengimbuhan, karena tidak ada yang perlu dibacarakan dalam pengulangan dan pemajemukan.

         Dalam kaitannya dengan penambahan awalan seperti meng-, peng-, dan peng-an perlu diamati apakah  kata dasar yang berupa kata serapan itu diperlakukan sama atau berbeda dengan kata-kata yang lebih asil, dan mengingat bahwa unsur-unsur serapan itu ada yang diawali dengan gugus konsonan.

·    Jika kata-kata yang diawali oleh konsonan hambatan tak bersuara (/p, /t, /k) dan geseran apiko-alveolar (/s) mendapat awalan meng- atau peng- fonem tersebut akan hilang atau luluh. Contoh : tolak menjadi menolak dan penolak, dan siram menjadi menyiram  dan  penyiram.
Contoh :
o    Putar menjadi memutar dan pemutaran.
          Contoh kalimat : Berita yang terdapat di infotainment mayoritas memutar balikan fakta.

o    Timbang menjadi menimbang dan penimbangan.
                Contoh kalimat : Calon prajurit di wajibkan untuk menimbang berat badan.

·        Kata – kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan bilabial tak bersuara (/p/) jika mendapat awalan meng- dan peng- atau peng-an maka kata – kata tersebut diperlakukan sama dengan kata-kata dalam bahsa Indonesia yang lain. Contoh : potret menjadi memotret dan pemotretan.
Contoh :
o    Pisah menjadi memisahkan dan pemisahan
Contoh kalimat : Semoga kita akan selalu bersama sampai ajal memisahkan kita.

o    Pungut menjadi memungut dan pemungutan
Contoh kalimat : Pemungutan suara di daerah Cijantung berlangsung ricuh.

·    Kata – kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan apiko dental tak bersuara (/t/) jika dibentuk dengan awalan meng- dan peng-an maka akan ada kata yang belum berterima. Contoh : kata terror menjadi meneror  dan peneroran, soal keberterimaan itu rupanya ditentukan oleh tingkat keasingan atau keindonesiaan kata serapan tersebut.
Contoh :
o    Tukar menjadi menukar dan penukaran
                Contoh kalimat : Tempat penukaran daging kurban kebakaran.
 
o    Tipu menjadi menipu dan penipuan
                Contoh kalimat : Polisi sedang menyelidiki kasus penipuan.

·        Kata asing yang kemudian menjadi kata dasar itu harus sudah dikenal dengan baik agar dapat dibentuk sesuai dengan kaidah morfofonemik yang berlaku, jika tidak maka akan menyebabkan orang sulit mengenal kata dasar dari suatu bentukan. Jadi untuk kata-kata yang belum dikenal, bukan hanya konsonan awalnya tidak mengalami peluluhan, melainkan juga diberi tanga hubung untuk mempertegas antara kata dasar dengan unsur-unsur pembentukannya. Contoh : ‘tekel’  menjadi men-tekel  dan pen-tekel-an.
Contoh :
o    Tekel menjadi men-tekel dan pen-tekel-an
Contoh kalimat : pen-tekel-an itu menyebabkan kematian.


·    Sistem fonologi bahasa Indonesia menyesuaikan konsonan geseran labio-dental tak bersuara (/f/) menjadi /p/. Kata akan mengalami penghilangan atau luluh apabila sudah disesuaikan menjadi /p/, sedang apabila tetap /f/ maka akan mendapat sengauan yang homorgan, yaitu /m/. Contohnya : pindah menjadi memindahkan  dan  pemindahan; fitnah menjadi memfitnah dan pemfitnahan.
Contoh :
o    Parkir menjadi memarkir dan pemarkir
Contoh kalimat : Mobil saya tertabrak saat sedang memarkir

o    Faktor menjadi memfaktorkan dan pengfaktoran
Contoh kalimat : Saya sedang belajar memfaktorkan bilangan


·    Beberapa kata dari konsonan hambatan dorso-velar tak bersuara /k/ akan luluh apabila mendapat awalan meng atau konfiks peng-an. Contoh : kontak  menjadi mengontak  dan pengontakan, dan konsep menjadi mengonsep dan pengonsepan.
Contoh :
o    Kembali menjadi mengembalikan dan pengembalian
Contoh kalimat : Saya sudah mengembalikan buku ke perpustakaan.

o    Kabar menjadi mengabarkan dan pengabaran
Contoh kalimat : Reporter Net mengabarkan dari Palestina.

·   Kata-kata serapan yang diawali dengan fonem geseran apiko-dental tak bersuara /s/ ada yang mengalami peluluhan ada yang tidak. Contoh : setor  akan menjadi menyetor dan penyetoran, dan sample menjadi menyampel dan penyampelan. Kata-kata yang masih terasa asing mendapat perlakuan yang berbeda, contohnya pada kata “sinkrun” dan “sistematis”, jika mendapat awalan meng- dan peng-an menjadi mensinkrunkan dan pensinkrunan, mensistematiskan dan pensistematisan.
Contoh :
o    Sikat menjadi menyikat dan penyikatan
Contoh kalimat : Suketi mentikat kamar mandi

o    Simpan menjadi menyimpan dan penyimpanan
Contoh kalimat : Saya menyimpan uang di Bank.

·        Kata dasar serapan yang diawali oleh gugus konsonan /pr/ jika mendapat awalan meng- /p/ tidak luluh, tetapi jika mendapat konfiks peng-an /p/-nya luluh. Contoh : protes menjadi memprotes (tidak luluh) dan pemrotesan (luluh), program menjadi memprogram (tidak luluh) dan pemrograman (luluh).
Contoh :
o    Praktek menjadi mempraktekan dan pemraktekan
Contoh kalimat : Dia mempraktekan bagaimana cara mematikkan komputer. 
o    Produser menjadi memproduseri dan pemroduseran
Contoh kalimat : Saya memproduseri film yang berjudul “Genderuwo Gondrong”

·     Kata serapan yang diawali dengan gugus /kr/ konsonannya tidak hilang bila mendapat awalan meng- contoh : kristal  menjadi mengkristal, kritik  menjadi mengkritik , tetapi apabila mendapat awalan peng- maka /k/ itu lebur, Contoh : kristal menjadi pengristalan, dan kritik menjadi pengritik.
Contoh :
o    Kredit menjadi mengkredit dan pegreditan
Contoh kalimat : Orang yang hendak mengkredit motor harus menyiapkan persyaratan.

o    Kreasi menjadi mengkreasikan dan pengreasian
Contoh kalimat : Pengrajin kue itu mengreasikan Rainbow Cake

·        Kata-kata serapan yang diawali dengan gugus konsonan /tr/, /st/, /sk/, /sp/, /pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak pernah mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan meng-, peng, maupun konfiks peng-an.
Contoh :
o    Tradisi menjadi mentradisikan dan pentradisian
Contoh kalimat : Indonesia akan mentadisikan batik 
o    Steril menjadi mensterilkan dan pensterilan
Contoh kalimat : Polisi mensterilkan jalan.
·    Kata-kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan atau geseran tak bersuara, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pernah lebur apabila mendapat awalan meng- atau peng-. Kata-kata serapan itu dapat mengalami proses pengulangan. Contoh : traktor-traktor, komputer-komputer. Kata –kata serapan tidak dapat mengalami perulangan sebagian yang berupa dwipurna atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan konsonan awal pada suku ulangannya juga tidak luluh. Contoh : mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik.

Senin, 13 Oktober 2014

Tugas Bahasa Indonesia

Ucapan dan Ejaan

  1. Ucapan

Bahasa Indonesia bagi sebagian besar para penuturnya adalah bahasa kedua, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa pertama yang mereka kuasai yaitu bahasa daerah, dan itu mempengaruhi semua aspek ketatabahasaan, terutama ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu dapat menjadi ciri yang membedakan penutur Bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain, kita dengan mudah dapat mengetahui daerah asal para penutur berdasarkan ucapan dalam bahasa Indonesianya.

      2. Ejaan 


Ejaan adalah peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.

 2.1.  Penulisan huruf
    2.1.1. Penulisan huruf kapital
Huruf kapital biasanya digunakan untuk:
·      Mengawali kalimat yang baru,
·      Huruf awal pada nama diri,
·      Ucapan langsung,
·      Huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci,
·      Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan,
·      Nama jabatan(apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri,
·        Nama lembaga,
·   Kata-kata yang menunjukkan kekerabatan (apabila digunakan sebagai kata sapaan).
·   Huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap.
·         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

Contoh kalimat: 
  •      Jokowi Dodo, Gubernur DKI Jakarta.
  •      Presiden Republik Indonesia akan menghadiri rapat PBB.

                 2.1.2. Penulisan Huruf tebal dan huruf miring
Huruf tebal biasanya digunakan untuk :
·        Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
·         Tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
·         Dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

Contoh pada judul buku :
  •        Algoritma dan Pemrograman 3
  •        Matematika Informatika
Huruf miring digunakan untuk :
·         Menuliskan nama buku, surat kabar, dan majalah yang dikutip dalam sebuah tulisan,
·         Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh kalimat :
  •        Novel Insurgent merupakan lanjutan dari Divergen.
  •        Crew dari film ini sangat disiplin 

2.2.            Penulisan Partikel dan Awalan
Penulisan partikel :
·         ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya (untuk partikel lah, kah, dan tah),
·         ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya (untuk partikel pun),
·         Partikel per yang mengandung arti ‘demi’, ‘setiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh Kalimat :
  •        Siapakah gerangan yang mencuri jam tangan milik Yudit?
  •        Apa pun yang saya katakan pasti salah di mata mereka
Penulisan awalan :
·         Untuk kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (kecuali kata yang biasa dipakai sebagai satu kata contoh : daripada, seperti.
Contoh Kalimat :
  •        Tugas itu dikerjakan oleh saya sendiri.
  •        Saya berkunjung ke rumah paman saya di Bandung.

2.3.            Penulisan Bilangan
Bilangan dapat diwakilkan dengan kata atau angka. Angka digunakan sebagai lambang bilangan dan nomor. Berikut adalah penulisan bilangan yang benar :
·         Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf (kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan),
·         Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Contoh :
  •         Buku itu sangat mahal, harganya Rp 500.000,00.
  •         Saya adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara

2.4.            Tanda Baca
Macam-macam tanda baca yaitu titik (.), koma(,), titik koma (;), titik dua (:), dan petik(“..”).
2.4.1. Tanda Titik (.)
·         Digunakan pada akhir kalimat yang bukan seruan,
·         Digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar,
·         Digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu,
·         Digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah,
·         Dipakai pada penulisan singkatan.
Contoh :
  •        Egi D. Septian, adalah anak yang memiliki IQ yang tergolong jenius.
  •        Operasi yang ditangani Dr. Egi Septian berjalan lancar.
2.4.2. Tanda Koma (,)
            Tanda Koma biasa digunakan untuk:
·         Menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu kalimat,
·         Digunakan setelah seruan,
·         Digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya,
·         Digunakan untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi, atau, dan melainkan,
·         Digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian,
·         Digunakan dalam rujukan rujukan tahun, dan halaman,
·         Digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan,
·         Digunakan diantara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, dan diantara nama tempat, dan wilayah suatu negara yang ditulis secara beruntun.
·         Digunakan untuk membatasi nama gelar.
Contoh :
  •         Saya menjual jam tangan, dan jam dinding.
  •         Oleh karena itu, saya membuat terobosan ini.
2.4.3. Titik Koma (;)
            Titik Koma biasa digunakan untuk :
·         Memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara,
·         Membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma,
·         Memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
Contoh :
  •        Hari semakin siang; kita belum selesai juga.
  •        Saya sibuk mengurus tugas kuliah; Ibu mencuci baju
2.4.4. Titik dua (:)
                                    Titik dua biasa digunakan untuk :
·         Akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian,
·         Pemberian yang berbentuk formula,
·         Membatasi judul karangan dengan subjudulnya.
Contoh :
  •         Ketua  : Egi Dwi Septian
                       Wakil  : Dianna Agron
    •    Insurgent (2014), (99:4)

2.4.5. Tanda Petik (“..”)
·         Digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya.
Contoh :
  •        Dia adalah "pahlawan" kampung ini.
  •        Program ini sangat "bagus" untuk anak-anak.
2.4.6. Tanda Hubung (-)
·         Digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja, berjalan-jalan, buah-buahan.
·         Digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital.
·         Digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila dituliskan dengan angka.
·         Digunakan untuk menghubungkan awalan dan akhiran dalam bahasa Indonesia yang dirangkaikan dengan kata asing.
·         Digunakan untuk menandai hubungan kata-kata dalam kelompok kata agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki.
Contoh :
  •        Harga buah-buahan meningkat tajam.
  •        Saya adalah juara 1 olimpiade sains se-Indonesia.
2.5.            Tanda-tanda baca yang lain.
Tanda baca yang lain adalah tanda pisah (-), tanda elipsis (..), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung (), tanda kurung siku ([]), tanda garis miring (/), tanda penyingkat/apostrof (‘).
2.5.1. Tanda Pisah (-)
·         Digunakan dalam arti “sampai dengan”.
 Contoh :
  •        Kekacauan yang terjadi di Jakarta ini terjadi pada 1998-1999.
  •        Kakek tua ini bersepeda dari Jakarta-Bandung.
2.5.2. Tanda Elips (..)
·         Digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
·         Digunakan dalam suatu kutipan menunjukan bahwa ada kata-kata yang tidak dikutip dalam kutipan tersebut.
Contoh :
  •        Kalau begitu ... ya, kita pulang saja.
  •        Jadi begitu ... ya, lupakan saja.
2.5.3. Tanda Tanya (?)
·         Digunakan untuk menandai kalimat Tanya dan diletakkan di akhir kalimat.
·         Digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau kesangsian. (apabila tanda Tanya diletakkan di antara tanda kurung).
Contoh :
  •       Sinteron itu sangat mendidik (?)
  •       Apakah yang dapat merusak moral anak bangsa?
2.5.4. Tanda Seru (!)
·         Digunakan untuk menandai seruan, perintah, dan panggilan.
Contoh :
  •       Bersihkan kamar mandi sekarang juga!
  •       Film itu sangat seru!
2.5.5. Tanda Kurung ()
·         Digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan.
·         Digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan yang bukan merupakan bagian pokok dari pembicaraan.
·         Digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang merinci keterangan.
Contoh :
  •        Mark Zuckerberg adalah pendiri FB (Facebook).
  •        Flowchart ini (lihat gambar 4) menunjukkan adanya percabangan.
2.5.6. Tanda Kurung Siku ([])
·         Digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf, kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
·         Digunakan untuk memberi tanda kurung di dalam bagian kalimat yang sudah menggunakan tanda kurung.
Contoh :
  •        Saya men[d]engar suara aneh di lorong.
  •      Perbedaan flowchart  ini(sudah dibahas di bab 1[lihat halaman 3-9]) sangat signifikan.
2.5.7. Tanda Miring (/)
·         Digunakan untuk penomoran surat.
Contoh :
  •        No. 7/SK/0001
  •        No. 8/SK/0002
2.5.8. Tanda penyingkat/apostrof (‘)
·         Digunakan untuk menunjukkan adanya bagian-bagian yang dilesapkan.
Contoh :
  •        Libur 'lah tiba. ('lah = telah)
  •        11 September '95 ('95 = 1995)