Pembentukan Kata
Pembentukan kata lebih lanjut
Pembentukan kata lebih lanjut
adalah pembentukan kata turunan yang melalui proses morfologi bahasa Indonesia
dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasarnya. Proses pembentukan itu ada
tiga macam yaitu pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. Karena unsur
serapan, pembicaraan hanya menyangkut pengimbuhan, karena tidak ada yang perlu
dibacarakan dalam pengulangan dan pemajemukan.
Dalam
kaitannya dengan penambahan awalan seperti meng-, peng-, dan peng-an perlu
diamati apakah kata dasar yang berupa
kata serapan itu diperlakukan sama atau berbeda dengan kata-kata yang lebih
asil, dan mengingat bahwa unsur-unsur serapan itu ada yang diawali dengan gugus
konsonan.
· Jika kata-kata yang diawali oleh konsonan hambatan
tak bersuara (/p, /t, /k) dan geseran apiko-alveolar (/s) mendapat awalan meng-
atau peng- fonem tersebut akan hilang atau luluh. Contoh : tolak menjadi menolak dan
penolak, dan siram menjadi menyiram dan penyiram.
Contoh :
o
Putar menjadi memutar dan pemutaran.
Contoh kalimat
: Berita yang terdapat di infotainment
mayoritas memutar balikan fakta.
o
Timbang menjadi menimbang dan penimbangan.
Contoh kalimat : Calon prajurit di wajibkan untuk
menimbang berat badan.
· Kata – kata serapan yang diawali dengan konsonan
hambatan bilabial tak bersuara (/p/) jika mendapat awalan meng- dan peng- atau
peng-an maka kata – kata tersebut diperlakukan sama dengan kata-kata dalam
bahsa Indonesia yang lain. Contoh : potret
menjadi memotret dan pemotretan.
Contoh :
o
Pisah menjadi memisahkan dan pemisahan
Contoh kalimat : Semoga kita akan selalu bersama
sampai ajal memisahkan kita.
o
Pungut menjadi memungut dan pemungutan
Contoh kalimat : Pemungutan suara di daerah
Cijantung berlangsung ricuh.
· Kata – kata serapan yang diawali dengan konsonan
hambatan apiko dental tak bersuara (/t/) jika dibentuk dengan awalan meng- dan
peng-an maka akan ada kata yang belum berterima. Contoh : kata terror menjadi meneror dan peneroran, soal keberterimaan itu rupanya
ditentukan oleh tingkat keasingan atau keindonesiaan kata serapan tersebut.
Contoh :
o
Tukar menjadi menukar dan penukaran
Contoh kalimat : Tempat penukaran daging kurban
kebakaran.
o
Tipu menjadi menipu dan penipuan
Contoh kalimat : Polisi sedang menyelidiki kasus
penipuan.
· Kata asing yang kemudian menjadi kata dasar itu
harus sudah dikenal dengan baik agar dapat dibentuk sesuai dengan kaidah
morfofonemik yang berlaku, jika tidak maka akan menyebabkan orang sulit
mengenal kata dasar dari suatu bentukan. Jadi untuk kata-kata yang belum
dikenal, bukan hanya konsonan awalnya tidak mengalami peluluhan, melainkan juga
diberi tanga hubung untuk mempertegas antara kata dasar dengan unsur-unsur
pembentukannya. Contoh : ‘tekel’ menjadi men-tekel
dan pen-tekel-an.
Contoh :
o
Tekel menjadi men-tekel dan pen-tekel-an
Contoh kalimat : pen-tekel-an itu menyebabkan kematian.
· Sistem fonologi bahasa Indonesia menyesuaikan
konsonan geseran labio-dental tak bersuara (/f/) menjadi /p/. Kata akan
mengalami penghilangan atau luluh apabila sudah disesuaikan menjadi /p/, sedang
apabila tetap /f/ maka akan mendapat sengauan yang homorgan, yaitu /m/.
Contohnya : pindah menjadi memindahkan dan pemindahan; fitnah menjadi memfitnah dan
pemfitnahan.
Contoh :
o
Parkir menjadi memarkir dan pemarkir
Contoh kalimat : Mobil saya tertabrak saat sedang
memarkir
o
Faktor menjadi memfaktorkan dan pengfaktoran
Contoh kalimat : Saya sedang belajar memfaktorkan
bilangan
· Beberapa kata dari konsonan hambatan dorso-velar
tak bersuara /k/ akan luluh apabila mendapat awalan meng atau konfiks peng-an.
Contoh : kontak menjadi mengontak
dan pengontakan, dan konsep menjadi mengonsep dan pengonsepan.
Contoh :
o
Kembali menjadi mengembalikan dan pengembalian
Contoh kalimat : Saya sudah mengembalikan buku ke
perpustakaan.
o
Kabar menjadi mengabarkan dan pengabaran
Contoh kalimat : Reporter Net mengabarkan dari
Palestina.
· Kata-kata serapan yang diawali dengan fonem
geseran apiko-dental tak bersuara /s/ ada yang mengalami peluluhan ada yang
tidak. Contoh : setor akan menjadi menyetor dan penyetoran,
dan sample menjadi menyampel dan penyampelan. Kata-kata yang masih terasa asing mendapat perlakuan
yang berbeda, contohnya pada kata “sinkrun” dan “sistematis”, jika mendapat
awalan meng- dan peng-an menjadi mensinkrunkan
dan pensinkrunan, mensistematiskan dan pensistematisan.
Contoh :
o
Sikat menjadi menyikat dan penyikatan
Contoh kalimat : Suketi mentikat kamar mandi
o
Simpan menjadi menyimpan dan penyimpanan
Contoh kalimat : Saya menyimpan uang di Bank.
· Kata
dasar serapan yang diawali oleh gugus konsonan /pr/ jika mendapat awalan meng-
/p/ tidak luluh, tetapi jika mendapat konfiks peng-an /p/-nya luluh. Contoh : protes menjadi memprotes (tidak luluh) dan pemrotesan
(luluh), program menjadi memprogram (tidak luluh) dan pemrograman (luluh).
Contoh
:
o
Praktek menjadi mempraktekan dan pemraktekan
Contoh
kalimat : Dia mempraktekan bagaimana cara mematikkan komputer.
o
Produser menjadi memproduseri dan pemroduseran
Contoh
kalimat : Saya memproduseri film yang berjudul “Genderuwo Gondrong”
· Kata serapan yang diawali dengan gugus /kr/
konsonannya tidak hilang bila mendapat awalan meng- contoh : kristal menjadi mengkristal,
kritik menjadi mengkritik , tetapi apabila mendapat awalan peng- maka /k/ itu
lebur, Contoh : kristal menjadi pengristalan, dan kritik menjadi pengritik.
Contoh :
o
Kredit menjadi mengkredit dan pegreditan
Contoh
kalimat : Orang yang hendak mengkredit motor harus menyiapkan persyaratan.
o
Kreasi menjadi mengkreasikan dan pengreasian
Contoh
kalimat : Pengrajin kue itu mengreasikan Rainbow
Cake
· Kata-kata serapan yang diawali dengan gugus
konsonan /tr/, /st/, /sk/, /sp/, /pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak pernah
mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan meng-, peng, maupun
konfiks peng-an.
Contoh :
o
Tradisi menjadi mentradisikan dan pentradisian
Contoh
kalimat : Indonesia akan mentadisikan batik
o
Steril menjadi mensterilkan dan pensterilan
Contoh
kalimat : Polisi mensterilkan jalan.
· Kata-kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan
yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan atau
geseran tak bersuara, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pernah lebur
apabila mendapat awalan meng- atau peng-. Kata-kata serapan itu dapat mengalami
proses pengulangan. Contoh : traktor-traktor,
komputer-komputer. Kata –kata serapan tidak dapat mengalami perulangan
sebagian yang berupa dwipurna atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan
konsonan awal pada suku ulangannya juga tidak luluh. Contoh : mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik.
0 komentar:
Posting Komentar